Pada pembuatan ekosemen,secara prinsip sama dengan pembuatan semen
biasa. Perbedaannya terletak pada abu insenerasi, sewage sludge, dan limbah
lainnya yang digunakan sebagai pengganti clay dan sebagian limestone. Adapun
prosesnya sebagai berikut :
1. Reprocessing
Raw material (inceneration ash dan endapan air kotor rumah tangga)
diproses terlebih dahulu, seperti dengan pengeringan (drying), crushing,
dan logam yang masih terkandung dalam raw material dipisahkan dan
didaur ulang.
2. Raw Material Drying and Pulverizing
Setelah dikeringkan, raw material dihancurkan pada raw grinding/drying
mills bersamaan dengan natural raw material.
3. Raw Material Mixing
Kemudian dimasukkan ke dalam homogenizing tank bersamaan dengan fy
ash (abu yang dihasilkan dari pembangkit listrik batubara) dan blast
furnance slag (limbah yang dihasilkan industri besi). Dua homogenizing
tank ini dimasukkan untuk memperoleh penentuan komposisi kimia yang
diinginkan.
4. Firing
Setelah itu dimasukkan ke dalam rotary kiln untuk kemudian dibakar pada
suhu diatas 1350°C. Pada proses ini, dioksin dan senyawa berbahaya
lainnya yang terkandung pada inceneration ash akan terurai dengan aman.
Gas limbah dari rotary kiln kemudian didinginkan secara cepat hingga
suhu 200°C untuk mencegah terbentuknya dioksin kembali. Pada proses
ini pula logam berat yang masih terkandung dipisahkan dan dikumpulkan
ke dalam bag filter sebagai debu yang mengandung klorin. Debu ini
kemudian dialirkan ke Heavy Metal Recovery Process. Pada proses ini,
klorin yang masih terkandung akan dihilangkan dan menghasilkan sebuah
articial ore seperti tembaga dan timbal yang kemurniaannya mencapai
35% atau lebih. Pada proses firing ini akan menghasilkan clinker yang
kemudian dikirim ke clinker tank.
5. Product Pulverizing Process
Gipsum ditambahkan bersama clinker dan campuran tersebut akan
dihancurkan pada finish mills yang kemudian akan menghasilkan produk
ekosemen.

Hingga saaat ini terdapat dua macam tipe ekosemen (berdasarkan
penambahan alkali dan kandungan klorin) yaitu tipe biasa dan tipe pengerasan
cepat. Ekosemen tipe biasa mempunyai kualitas yang sama baiknya dengan semen
portland biasa. Tipe semen ini digunakan sebagai bahan campuran beton.
Sedangkan ekosemen tipe kedua memiliki kekuatan beton dan pengerasan yang
lebih cepat dibanding semen portland tipe high early strength. Ekosemen tipe ini
digunakan pada architectural block, exterior wall material, roof material, wave
dissipatingconcrete block, dll.
Yang menjadi masalah adalah kandungan Cl yang begitu tinggi pada abu
insenerasi dan logam berat yang dikandung yang dapat mengakibatkan masalah
pada sistem operasi dan mengurangi kualitas dan pengamanan material pada
96

semen. Sedangkan kandungan CaO yang masih kurang pada abu insenerasi dapat
dicukupi dengan penambahan batu kapur. Dalam pembuatan ekosemen ini, klorin
dan logamm berat yang terkandung pada abu insenerasi akan diekstrak menjadi
bijih tiruan yang kemudian didaur ulang.
Plastik vinil yang terdapat dalam sampah pada proses pembakaran akan
mengakibatkan kekuatan kronkit ekosemen akan berkurang. Hal ini diakibatkan
oleh adanya gas Cl 2 hasil penguraian plastik vinil yang dapat mempengaruhi
kekuatan konkrit ekosemen. Sehingga pemisahan sampah sangatlah penting,
khususnya sampah plastik

0 Response to " "

Posting Komentar